Sabtu, 05 Januari 2008

ARTIKEL 2 MAHMUD JAUHARI ALI


Mantra Banjar: Bukti Orang Banjar Mahir Bersastra Sejak Dahulu


Mahmud Jauhari Ali

SPIRIT KALSEL


Pur sinupur/ Bapupur di piring karang/ Bismillah aku bapupur/ Manyambut cahaya si bulan tarang/ Pur sinupur/ Kaladi tampuyangan/ Bismillah aku bapupur/ Banyak urang karindangan…. Demikianlah penggalan salah satu mantra Banjar yang sudah ada sejak zaman dahulu. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa orang Banjar sejak dahulu hingga sekarang menggunakan mantra Banjar untuk berbagai keperluan, seperti untuk mempermudah melahirkan, menjadikan tubuh kebal terhadap senjata tajam, dan untuk membuat anak berhenti menangis.
Di samping mengandung kebergunaan bagi orang Banjar seperti yang dipaparkan di atas, mantra Banjar yang telah berkembang dalam masyarakat Banjar hingga sekarang memiliki fungsi sebagai pengungkap tata nilai sosial budaya. Bahkan lewat mantra Banjar, kita dapat menggali nilai budaya yang lebih mendalam yaitu kepercayaan atau religi. Kita akan mengetahui religi yang ada atau pernah ada dalam masyarakat Banjar melalui mantra Banjar. Dalam mantra Banjar terdapat pengaruh religi berupa unsur Kaharingan, unsur Melayu dan Jawa Budha, dan unsur Islam. Berdasarkan pengaruh-pengaruh relig ini, kita akan mengetahui bahwa dalam masyarakat Banjar, baik Banjar Kuala, Banjar Hulu, maupun Banjar Batang Banyu ada atau pernah ada ketiga usur religi tersebut, yakni Kaharingan, Budha, dan Islam.
Sebagai sebuah bentuk sastra lisan yang bersifat magis, mantra Banjar biasanya dimiliki oleh orang-orang tertentu saja. Akan tetapi, hal ini tidak menutup kemungkinan orang biasa juga memunyai atau menguasai mantra-mantra tertentu untuk keperluan sehari-hari. Terlepas dari masalah religi dan unsur magis tersebut, mantra Banjar merupakan salah satu jenis sastra lisan milik orang Banjar. Mantra Banjar termasuk ke dalam jenis puisi lama orang Banjar. Puisi lama yang satu ini diciptakan dan dilafalkan oleh orang Banjar sejak dahulu untuk berbagai keperluan sehari-hari. Penciptaan dan pelafalan mantra Banjar tersebut mengandung arti bahwa orang Banjar sejak dahulu sudah mahir berpuisi, yakni dalam hal penciptaan dan pelafalan puisi lama berupa mantra Banjar. Dapat pula kita katakan bahwa mantra Banjar menjadi bukti sejak dahulu orang Banjar sudah mahir bersastra, yakni pada jenis puisi lama.
Mantra Banjar harus kita lestarikan karena selain berfungsi sebagai pengungkap tata nilai sosial budaya Banjar dan bermanfaat dalam penggalian nilai-nilai religi masyarakat Banjar, melalui mantra Banjar kita dapat membuktikan bahwa orang Banjar mahir bersastra sejak dahulu. Pelestarian mantra Banjar dapat dilakukan dengan mendokumentasikan mantra-mantra Banjar dalam bentuk buku yang mudah dibaca oleh masyarakat Banjar khususnya dan masyarakat di luar etnik Banjar umumnya. Satu hal yang juga perlu kita ingat adalah mantra Banjar harus kita jaga jangan sampai diakui oleh pihak-pihak lain sebagai sastra milik mereka.
Mantra Banjar juga mengandung arti bahwa orang Banjar sejak dahulu memiliki kebiasaan berpuisi (menciptakan dan melafalkan puisi lama yang disebut mantra Banjar). Bentuk pelestarian yang lebih hidup dan sesuai perkembangan zaman pada masa sekarang ini berkaitan dengan mantra Banjar adalah melestarikan kebiasaan berpuisi seperti yang dilakukan orang Banjar zaman dahulu. Bentuk konkrit pelestarian yang lebih hidup ini adalah menciptakan puisi-puisi pada zaman sekarang. Alhamdulillah bentuk konkrit pelestarian yang lebih hidup ini sudah banyak dilakukan oleh orang Banjar zaman sekarang. Bahkan orang Banjar sekarang sudah ada yang memasukkan puisi-puisi ciptaan mereka dalam laman atau web internet pribadi, sebut saja laman atau web milik penyair terkenal Kalsel yang bernama M. Arsyad Indradi, S.Pd., yakni www.sastrabanjar.blogspot.com dan www.penyair-kalsel.blogspot.com.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar